Cardiac
Rehabilitation
“Cardiac
rehabilitation (cardiac rehab) is a professionally supervised program to help
people recover from heart
attacks, heart
surgery and percutaneous coronary intervention (PCI)
procedures such as stenting and angioplasty. Cardiac rehab programs usually
provide education and counseling services to help heart patients increase
physical fitness, reduce cardiac symptoms, improve health and reduce the risk
of future heart problems, including heart attack” (AHA, 2016). Dapat diartikan bahwa Cardiac Rehabilitation atau rehab jantung merupakan sebuah program
pengawasan professional untuk membantu seeseorang pulih dari serangan jantung,
pasca pembedahan jantung dan intervensi koroner perkutan (PCI) misalnya stenting dan angioplasty. Program rehab
jantung biasanya memberikan edukasi dan pelayanan konseling untuk membantu
pasien dengan gangguan jantung meningkatkan latihan fisik, mengurangi gejala
gangguan jantung, memperbaiki tingkat kesehatan dan mengurangi risiko gangguan
jantung di masa depan misalnya serangan jantung.
Menurut Wenger dan Hellerstein, rehabilitasi dimulai
dengan diagnosis dan berkesinambungan sampai pasien telah mencapai potensi
fisik, psikososial, dan kejuruan yang optimal, serta pasien dan pendidikan
keluarga menjadi faktor kunci dalam memfasilitasi pergerakan menuju kepulihan.
Rehabilitasi jantung bagi seorang pasien pasca
perawatan serangan jantung merupakan hal yang penting untuk mengetahui
penanganan pasca serangan jantung utamanya mengenai latihan fisik yang boleh
dilakukan setelah pasien diizinkan dirawat di rumah. Pasien ini memerlukan
program rehabilitasi yang komprehensif untuk mengembalikan kemampuan fisik
pasca serangan jantung serta untuk mencegah serangan ulang. Program
rehabilitasi ini kemudian terdiri dari program-program latihan fisik dan psiko
edukasi yang mampu membantu menurunkan mortalitas penyakit jantung, mengurangi
risiko kambuhnya serangan dan memperbaiki factor-faktor risiko utama penyakit
jantung (Benson, 2000 dalam Tedjasukmana, 2010). Selain itu juga rehabilitasi
jantung dapat meningkatkan kapasitas latihan, menurunkan serum lipid,
meningkatkan kesejahteraan psikososial dan mengurangi stress. (Balady, 1994
dalam Derstine, et al., 2001).
Balady (2007) menjelaskan bahwa program rehabilitasi
jantung yang komprehensif terdiri dari beberapa komponen penting yaitu:
pengkajian kondisi dan riwayat medis pasien, edukasi dan konseling, upaya
pengendalian faktor risiko, dan program latihan dan konseling aktivitas fisik
melalui pendidikan kesehatan sebagai upaya meningkatkan pola hidup sehat, dan
memperbaiki tingkat kebugaran. Pasien yang direkomendasikan untuk melakukan
rehabilitasi jantung adalah pasien dengan kondisi hemodinamik stabil, tidak ada
sakit dada berulang dalam 8 jam, dan tidak ada tanda-tanda gagal jantung yang
tidak terkompensasi.
Menurut
Dedy Rehabilitasi pasca operasi jantung harus melalui beberapa tahap/ fase.
·
Fase I : fase perawatan RS ( Inpatient
),
·
fase II : fase setelah pulang RS (
outpatient ),
·
fase III : fase pemeliharaan (
Maintenance ).
Sedangkan
menurut Ginzel (1996; Leon et al. 1990, dalam Deaner, 1999 dalam Mertha 2010) Program
rehabilitasi jantung dibagi menjadi empat fase. Empat fase tersebut adalah:
1.
Fase I : dilakukan selama pasien dirawat
di rumah sakit. Program difokuskan pada ambulasi dini dan pendidikan kesehatan
(Ginzel et al. 1996 dalam Deaner, 1999).
2.
Fase II : adalah program setelah pasien
keluar dari rumah sakit yang dilakukan selama beberapa minggu. Kegiatan
dilakukan dengan supervise dari tim rehabilitasi terutama pada latihan, diet,
modifikasi faktor risiko,dan pendidikan kesehatan.
3.
Fase III : segera setelah fase II, tetap
dengan tindakan supervisi untuk pemeliharaan kondisi yang telah dicapai. Fase
ini berlangsung selama 4-6 bulan.
Fase IV : adalah fase
yang tidak memerlukan supervisi dan berlangsung dalam waktu tak terbatas.
Tujuan pada fase ini untuk pemeliharaan pencapaian kondisi pasien yang optimal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar